Mengenal Penyakit Embun Tepung Pada Tanaman Karet BatuLandak.id

Kasus tanaman yang terserang penyakit embun tepung di Indonesia pertama kali ditemukan di Malang, Jawa Timur pada tahun 1916. Kemudian ditemukan juga kasus serupa di Sumatera Utara pada tahun 1928. Ini merupakan penyakit yang kerap menyerang tanaman karet. Bahkan di Malaysia dan Sri Langka, penyakit ini tergolong sebagai penyakit penting. Penyakit embun tepung dapat mengakibatkan kerugian hingga 5-20 persen tergantung tempat dan musimnya.

Penyakit embun tepung menyebabkan daun-daun muda pada tanaman karet berguguran. Daun yang baru terbentuk setelah tanaman karet meranggas pada musim gugur tahunan akan rontok. Peristiwa ini sering disebut gugur daun sekunder. Kondisi cuaca dapat memperparah kondisi ini hingga menyebabkan tanaman menggugurkan daun-daunnya beberapa kali. Hal ini tentu akan berdampak negatif terhadap kesehatan tanaman serta produktivitasnya.
penyakit-embun-tepung-karet.jpg
Tanaman karet yang terserang penyakit embun tepung terpaksa membentuk daun muda berulang-ulang kali menggunakan cadangan pati yang tersimpan di dalam batangnya. Akibatnya struktur tanaman tersebut akan melemah. Jika kondisi ini terus berlanjut, produktivitas lateks tanaman tersebut akan menurun, perkembangan lilit batang menjadi terhambat, serta pemulihan kulit bekas penyadapan pun semakin lama. Jadi penyakit embun tepung dapat mengakibatkan kerugian yang berkepanjangan.
Gejala awal serangan penyakit embun tepung adalah daun-daun muda yang baru berkembang dan warnanya masih cokelat terlihat kusam. Struktur daun tersebut pun lebih lemas dengan bagian tepi yang agak mengeriting. Selang beberapa hari kemudian, anak-anak daun akan menghitam sampai gugur satu per satu. Akhirnya tinggal tangkai yang tersisa yang tidak lama juga akan gugur. Hal ini bisa Anda perhatikan di area sekitar tanaman yang banyak terdapat daun-daun muda berguguran.

Daun yang sakit ditandai dari adanya bercak-bercak seperti beludru halus yang terdiri atas miselium serta konidofor jamur beserta konidiumnya. Lapisan ini dapat menutupi seluruh permukaan daun sampai permukaan bagian atasnya. Sedangkan pada daun yang sakit dan tidak gugur, penyakit ini akan menyebabkan timbulnya bercak kering yang lebih besar lagi, bentuknya tidak beraturan, dan tidak memiliki batas yang tegas.

Penyakit embun tepung adalah penyakit cuaca kering. Di dataran rendah, penyakit ini biasanya menyerang setelah tanaman karet melewati masa meranggas. Khusus di Pulau Jawa, waktunya sekitar Juli hingga September. Daun-daun muda yang baru berkembang mempunyai kutikula sangat tipis sehingga lebih rentan terhadap oidium. Menariknya ialah jamur tepung butuh syarat yang berbeda dari jamur-jamur lain pada umumnya. Spora jamur ini memerlukan cuaca yang lembab, tetapi permukaannya harus kering.

Oleh karena itu, perkebunan karet yang terletak di dataran tinggi mendata gangguan yang lebih berat. Bahkan di perkebunan yang berada di ketinggian 300 m dpl, serangan oidium dapat berlangsung sepanjang tahun. Serangan jamur oidium yang optimum terjadi pada kisaran suhu antara 15-16 derajat celsius dengan kelembaban nisbi sekitar 75-80 persen. Sementara itu, penyakit embun tepung yang terjadi di dataran rendah akan berhenti manakala intensitas hujan sudah cukup tinggi dan menyebabkan permukaan daun basah.

Tinggalkan komentar